Kamis, 20 September 2007

Pojok Bang Bens: Ramadhan 2007

Pojok Bang Bens: Ramadhan 2007www.jalal-center.com

Mengenal Karakter-karakter Pribadi Muslim : Istiqomah

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan istiqamah? Istiqamah adalah upaya manusia dengan bersungguh-sungguh, gigih, tekun, konsisten, dan kontinu untuk selalu menjalankan perintah-perintah-Nya, menjauhi larangan-larangan-Nya, selaras dengan sunnatullah serta ridha atas ketentuan-Nya yang berlaku, mengikuti akhlak Nabi Muhammad SAW (sunnatulrosul) dan amal-amal kebaikan lainnya.
Didalam Al Qur’an istiqamah berkaitan dengan pengertian “pendirian yang teguh dan kokoh” khususnya keteguhan hati pada pelaksanaan perintah dan larangan Allah seperti tercantum dalam firman-firman Allah dalam QS 41:30, QS 46:13-14, QS 11:112 .
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS 41:30)Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. (QS 46:13-14)
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah tobat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS 11:112)
Rasulullah SAW berkata tentang istiqamah sebagai suatu keteguhan terhadap keimanan “Aku beriman kepada Allah, kemudian istiqamahlah.” Di dalam Hadis Muslim yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi bersabda,”
“Ikutilah jalan lurus dan berbuatlah apa yang mendekatinya. Ketahuilah bahwa sekali-kali salah seorang diantara kalian tidak akan selamat karena amalnya”. Mereka bertanya, “Tidak pula engkau wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab ,”Tidak pula kau, kecuali jika Allah melimpahiku dengan rahmat dan karunia-Nya.”
Menurut riwayat Tsauban, bekas budak Rasulullah SAW, menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“Berteguh hatilah (istiqamahlah) kamu, meskipun kamu tidak akan mampu melakukan sepenuhnya. Ketahuilah bahwa bagian terbaik dari agamamu adalah shalat, dan tiada seorangpun yang akan memelihara wudhu, kecuali orang yang beriman.” (H.r Ahmad, Ibnu Majah, akim dan Baihaqi)
Para sahabat Nabi SAW cenderung memaknai istiqamah sesuai dengan kondisi-kondisi ruhaniahnya.
Abu Bakar Ash Shiddiq r.a. misalnya memaknai istiqamah “Artinya, janganlah engkau menyekutukan sesuatu pun dengan Allah.” Maksudnya, istiqamah dikaitkan langsung dengan keadaan ruhaniah yang berada dalam tauhid yang murni.
Umar Bin Khattab r.a. berkata, “ Istiqamah artinya engkau teguh hati pada perintah dan larangan dan tidak menyimpang seperti jalannya rubah.”
Utsman bin Affan r.a. berkata, “Istiqamah artinya amal yang ikhlas karena Allah.”
Ali bin Abu Thalib k.w.j dan Ibnu Abbas r.a berkata,”Istiqamah artinya melaksanakan kewajiban-kewajiban.”
Al-Hasan r.a berkata,”Istiqamah pada perintah Allah artinya taat kepada Allah dan menjauhi kedurhakaan kepada-Nya.”
Mujahid berkata, “Istiqamah artinya teguh hati pada syahadat bahwa tiada Ilah selain Allah hingga bersua Allah.”
Ibnu Taimiyah r.a berkata, ”Istiqamah artinya teguh hati untuk mencintai dan beribadah kepada-Nya, tidak menoleh dari-Nya ke kiri atau ke kanan.”
Dari hadis dan pendapat-pendapat di atas, maka istiqamah memang erat kaitannya dengan keteguhan untuk selalu berada di jalan lurus yang luas atau berbuat mendekati jalan lurus yaitu disekitar Garis Keseimbangan Optimum dengan ketulus ikhlasan semata-mata karena ridha Allah. Akan tetapi, kendati hal ini dapat dilakukan dengan berbuat amal, namun ternyata kuantitas (banyak sedikitnya) amal ini tidak menjamin bahwa manusia akan berada di Shiraatal Mustaqiim dan selamat di hari akhir, kecuali adanya limpahan rahmat dan karunia Allah SWT. Jadi, keberadaan kita di jalan lurus dengan keistiqamahan sebenarnya berkaitan erat dengan Kehendak Allah SWT bukan akibat perbuatan kita atau amal kita semata. Kembali kita akan temui bahwa ridha Allah menjadi sebab utama dari keistiqamahan seorang hamba sebagai suatu limpahan karunia dan rahmat-Nya. Dan keridhaan Allah tersalur melalui Asma-asma Allah semata bukan dari usaha seorang hamba. Hal ini bisa terjadi karena menurut Syeikh Abu Hasan Asy Syadzili r.a. [68],
“Asma-asma Allah adalah pemberian Allah, Asma-asma Allah adalah juga sifat-sifat Allah, sedang sifat-sifat Allah berdiri dengan Dzat Allah, dan tiada yang mampu menghapus Dzat Allah.”
Bagi seorang hamba ada nama-nama yang rendah dan yang tinggi, nama-nama yang tinggi telah disifatkan oleh Allah dalam firman-Nya :
Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat, yang beribadah, yang memuji (Allah), yang melawat, yang rukuk, yang sujud, yang menyuruh berbuat makruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu. (QS 9:112)
Menurut pendapat Ibnu Qayyim Al-Jauziyah , istiqamah merupakan kalimat yang mengandung banyak makna, meliputi berbagai sisi agama, yaitu berdiri di hadapan Allah secara hakiki dan memenuhi janji. Istiqamah karena itu berkaitan dengan akhlak dan perilaku berupa perkataan, perbuatan, keadaan, dan niat. Istiqamah dalam hal ini berarti pelaksanaannya karena Allah, beserta Allah, dan berdasarkan perintah Allah.
Sebagian orang arif berkata,
“Jadilah orang yang memiliki istiqamah dan janganlah menjadi orang yang mencari kemuliaan, karena jiwamu bergerak untuk mencari kemuliaan, sementara Rabb-mu memintamu untuk istiqamah.”
Dalam banyak aspek, istiqamah merupakan suatu ruh atau energi spiritual yang karenanya keadaan menjadi hidup dan juga menyuburkan amal manusia secara umum. Oleh karena semua amal tergantung niatnya, dan niat erat kaitannya dengan keikhlasan dan ridha Allah semata, maka istiqamah dalam banyak aspek akan berkaitan dengan kontinuitas atau konsistensi untuk selalu berada di Shiraathal Mustaqiim dengan pengolahan jiwa atau nafs manusia atau penyucian jiwa.
Istiqamah menyembunyikan kekeramatan kata Sang Guru“Yang pertama tentang ImanYang kedua adalah penyaksian.”Iman dan penyaksian adalah penauhidan atas keesaan-NyaMaka, istiqamah adalah bekal utama bagi yang melakoni jalan ruhani.Tak ada yang lebih keramat daripada istiqamahKarena didalam istiqamah tersimpan anugerah dan taufik AllahCurahan rahmat dan kasih sayang-NyaAkan dilimpahkan-Nya padamubagai curah hujan musim kemarau.Sebagai penyubur bumi hati dan nafsumuHingga tumbuhkan buhul yang kuat,bekal pasti tuk menuju pada-Nyasampai engkau menyaksikan-Nyadalam Arasy-Nya yang sudah Dia benamkan dalam qolbumuHamba-Nya yang diridhai-Nya.
dikutip dari Bab 30.3 bukuku : “Kun fa yakuun : Mengenal diri, mengenal Ilahi”

atnonadi - myQ Perambah

Rabu, 19 September 2007

Ramadhan 2007

Assalamualaikum Wr. Wb.




Sodara-sodari, Ncang-ncing , Nyonye-Babe...ape kabarnye, gimane puasanye !! belon batal bukan...' . Jangan kayak puasa gendang , diawal nye doang ,ame diakhir mau Lebaran doang ..!!, atau jangan puasa kayak puasa "kucing". tidur melulu, bangun- bangun pas buka puasa, enak betul...'. walaupun tidurnye aje berpahala, tapi ati-ati kalo tidur melulu mimpinye buruk entar..', ame bantalnye penuh iLeer""...alias buat pulau seribu,...wah..berabe. hehehe.


Mendingan di isi ame hal-hal yang bermanfaat, misalnye dari pagi ampe bedug magrib "ngabuburit" ngupas koaci barang 5 kiloan ...kalo udah bedug , koacinye pake bakal buke puase...hehehe. itu mulut jeding-jeding ..dech !!!




Selamet dech..' ame semua nye yang menjalankan ibadah puase di Ramadhan 2007, semoga puasa sekarang semakin mempertebal keimanan same Alloh Swt. dan menjadi Ramadhan yang paling berkesan dari Ramadhan-ramadhan sebelonnye..'. amien




Wassalam wr.wb